Review Jurnal Nasional Kajian Tentang "Bebas Nilai" Ilmu Pengetahuan di Pandang Dari Sisi Ilmu dan Teori Kuantum

 

Latar Belakang

    Dalam suatu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan harus berdasar "bebas nilai" sebab pengembangan ilmu dan teknologi akan di kaji ulang untuk mengetahui apakah dalam dinamika pengembangan IPTEK sarat akan kepentingan. Penemuan baru yang terjadi di tingkat fisika kuantum mempermasalahkan keterlibatan pengamat nya dalam hasil amatannya supaya sangat jelas dan subjektif. Maka dari itu, penulisan jurnal internasional bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengertian mengenai filsafat ilmu " bebas nilai" dalam ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan teori kuantum . Materi tentang filsafat ilmu banyak di kutip dari siswomiharjo (2007) dan materi kuantum di kutip dari polkinghone (2004).

 

Metode Penelitian

   Jurnal ini mengunakan metode penelitian kuantitatif dengan mengambil data dari perpustakaan dan sumber lainnya yang berdasarkan sumber yang valid. Di jurnal ini penulis banyak mengutip dari siswomiharjo (2007) mengenai filsafat ilmu dan polkinghorne (2004) mengenai teori kuantum. Selain itu penulis juga mengutip pernyataan para ahli atau ilmuan mengenai filsafat ilmu dan teori kuantum. Immanuel kant (1724-1804) menyatakan filsafat ialah disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas dan ruang lingkup pengetahuan seorang manusia Secara lengkap, dan ilmuan Sekaliber Einstein  dan Heisenberg menyatakan reaksi keras kepada perkembangan fisika modern mutakhir dan hanya dapat di pahami oleh orang yang menyadari bahwa bangunan besar fisika mulai retak. Dalam jurnal ini penulis menggunakan teori yang menyatakan bahwa dalam memperoleh ilmu pengetahuan harus berdasarkan "bebas nilai", artinya ilmu pengetahuan yang di temui oleh para ahli harus berdasar  "bebas nilai".

 

Teori Pembahasan

   Pada abad ke-18 lahirlah cabang filsafat yang di sebut dengan filsafat pengetahuan (theory of know Leste atau episEpistemo). Dimana logika, filsafat bahasa, matematika, dan metodologi merupakan komponen pendukungnya.

   Dalam sejarah ada 3 macam Epistemologi yaitu:

1. Pertama dengan secara sadar orang menempuh untuk menguasai objek melalui cara konkrit menuju arah kemajuan.

2. Kedua dengan cara mengasingkan diri secara fisik dan rohani seperti nenek moyang dulu  bertapa untuk memperoleh wangsit sebagai petunjuk jalan keluar.

3. Ketiga, dengan membungkus objek sarana dengan nilai-nilai seni,sastra,mitologik, yang bermuatan etik,moral dan agama.

 

   Karena pengembangan ilmiah merupakan ahirgher level of knowledge lahirlah ilmu  filsafat sebagai penerus ilmu pengetahuan. Objek utama filsafat ilmu ialah ilmu (pengetahuan). Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah. Epistemologi meliputi sumber, sarana, dan tata cara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Aksilogi  ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran dan kenyataan.

  Teori kuantum merupakan salah satu yang membalikkan cara berpikir kita tentang dunia fisik. Sebelum adanya teori kuantum cara manusia melihat dunia banyak di pengaruhi oleh tradisi berfikir ceartesian. 

  Penelitian yang dilakukan pada wilayah atom dan Subatom membuat para ilmuan berpendapat dengan realitas yang aneh, sama sekali tidak terduga,dan meruntuhkan kerangka konseptual. Pada titik tertentu partikel Subatom pun-proton, neutron,dan elektron ternyata bukan benda padat seperti yang di bayang fisika klasik, namun sebuah entitas yang memiliki aspek ganda yang saling berkontradiksi.

   Pierre Simon laplace menyatakan bahwa orang yang memiliki kemampuan berhitung yang tidak terbatas dan disposisi semua partikel dengan kesamaan Newton. Bila diterapkan capaian Newton tidak merangkum seluruh aspek dunia fisik.

  Menurut kaum realis, peran ilmu adalah penyingkapan bagaimana sebenarnya dunia fisik. jalan tengah antara positivisme dan realisme  ditawarkan pragmatisme. Pragmatisme merupakan posisi filosofis yang mengakui fakta teknologis bahwa fisika dapat mengerjakan suatu, tapi tidak melangkah sejauh pemikiran realis. Bila teori kuantum memang menyingkap bagaimana sebenarnya dunia subatomik, maka realitas dunia subatomik itu sangat berbeda dengan objektivitas naif.

   Kriteria ruang lingkup tidak menuntun pada penyelesaian masalah, karena empiris kedua rangkaian hasil penelitian, kriteria ekonomi dalam hal ini toeri Bohn kurang menarik karena asumsinya tentang gelombang yang tersembunyi dan partikel yang dapat di amati, kriteria kegunaan yaitu sebuah konsep yang dapat di tambah dengan sifat kewajaran. Persamaan schrodinger mengatakan bahwa sistem kuantum  berkembang dengan cara yqn kontinu secara sempurna dan tetap. Penafsiran kesadaran lah yang membuat peran pengamat yang sadar menjadi unik. Dalam penafsiran kesadaran peran pengamat terbatas pada pemilihan  pilihan sadar apa yang akan di ukur dan kemudian sadar menguatkan apa yang sebenarnya terjadi.

 

Kesimpulan

   Dalam pembahasan  di jelaskan tujuan dari penelitian yang di lakukan yaitu melihat seberapa jauh pengertian dari pandangan filsafat ilmu dan pandangan teori kuantum terhadap "bebas nilai". Penulis juga menuliskan sejarah Epistemologi yang menjelaskan cara-cara manusia dalam upaya pembaharuan. Penulis menjelaskan peran pengamat dalam menentukan hasil pengamatan fisika kuantum.

   Kurangnya jurnal ini ialah penulisan yang di gunakan tidak teratur atau kurang jelas terhadap sudut pandang pada sisi Filsafat ilmu terhadap "bebas nilai".

   Hasil dari penelitian ini adalah menjelaskan kepada pembaca bahwa setiap temuan-temuan yang di peroleh harus berdasarkan bebas nilai yang sudah di kaji ulang menurut pandangan filsafat ilmu dan teori kuantum. Sehingga pengembangan pengetahuan IPTEK  dapat di terima masyarakat dengan baik dan bermanfaat.

Comments