REVIEW BUKU Filsafat Ilmu Ontologi,Epistemologi,Aksiologi,dan Logika Ilmu Pengetahuan

 

Judul      : Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemoogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu

                 Pengetahuan)

Penulis   : Drs. H. Mohammad Abid

Penerbit :  Pustaka Pelajar

Cetakan : Pertama, Februari 2011

Tebal      : 280 + 25  halaman



Buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Drs. H. Mohammad. Adib, MA ini ditulis untuk dijadikan pembelajaran bagi pembaca, khususnya bagi pembelajar, dosen, mahasiswa, dan para pemerhati di bidang sosial, budaya , dan politik, dan sebagai kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu filsafat. Buku ini membahas filsafat ilmu secara padat melalui pembahasa empat pilar filsafat ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan.Buku ini menjadi cetakan kedua dengan perbaikan-perbaikan pada penataan dan penempatan sub-bab yanga ada, koreksi redaksional dan penambahan daftar pustaka. Terdiri dari 14 bab dan masing-masing babnya terbagi lagi menjadi beberapa sub bab. Buku ini terdri dari 280 halaman dengan 259 halaman berisi pembahasan-pembahasan dan 21 halaman berisi daftar pustaka. Ukuran dari buku ini adalah 21cmx14cm dengan sampul berwarna kombinasi hijau dan putih.



 

Pada BAB I ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Makna Positif Semangat Renaisans.Dalam buku Hystory and Phylosophy of Science karangan  L.W.H. Hull (1950) diterangkan bahwa sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan dibagi dalam tiga periode, yakni: (i) Filsafat Yunani; (ii)  Kelahiran Nabi Isa; dan (iii) Periode kebangkitan Islam.Pada masa pertama, Filsafat Yunani (Abad 6 SM-0 M), Thales muncul sebagai ahli filsafat, astronomi, dan geometri. Pengembaraan intelektualnya menggunakan pola deduktif serta dalam masa transisi inilah kemunculan ilmu sangat berkembang di masyarakat.Pada masa kedua, periode kelahiran Nabi Isa (Abad 0-6 M), pada masa ini terjadi pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja yang pro kepada gereja. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini sempat mengalami keterpurukan, karena terjadi pembatasan kebebasan seseorang dalam berpikir dan berkarya.Masa yang ketiga, periode kebangkitan Islam (Abad 6-13 M), pada masa ini Kristen Eropa mengalami masa kegelapan, namun dalam sisi yang lain Islam sedang berada dalam masa keemasan yang ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan islam yang ahli di bidangnya masing-masing,  diterbitkan juga berbagai buku ilmiah yang ditulis oleh ilmuan-ilmuan muslim. Namun, setelah perang salib umat Islam mengalami kemunduran karena diporak-porandakan oleh berbagai peperangan.Selanjutnya terjadi masa kebangkitan Eropa (Abad 14-20 M), pada masa ini Kristen yang menjadi penguasa, Islam mengalami kemundurandan mulai muncul pemikiran-pemikiran dari Yunani dan banyak ilmuan yang muncul pada abad ini.Pada tahun 1500 M terjadi masa renaisans yang menjadi tahun kebangkitan Yunani dan Romawi, peradaban Yunani dan Romawi mengalami masa keemasan dan dianggap sebagai klasik. Renaisans muncul sebagai akibat dari kekalahan tentara salib dalam perang suci. Pada masa ini, manusia dianggap sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak, kebebasan dan dunia.Ada beberapa aspek positif dari adanya semangat renaisans, yaitu sebagai berikut.

1. Bermakna kebangkitan.

2. Kembali percaya akan kekuatan akal.

3. Tokoh Rene Descartes yang menyatakan manusia makhluk berpikir (Cogito Ergo Sum).

4. Ilmu pengetahuan dan metode skeptik.

5. Bangkitnya paham rasionalisme.

6. Perlawanan terhadap pemikiran bebas terhadap agama.

7. Penelitian filsafat alam yang meragukan konsep geosentris.

8. Mazhab Itali dan temuan heliosentris.

9. Perkembangan empirisme da positivisme.

10. Lahirnya ilmun pengetahuan.

11. Filsafat vs ilmu pengetahuan.

12. Bercerainya filsafat dengan ilmu pengetahuan pada abad ke-17 hingga abad ke-20.

 

Pada BAB II ini membahas tentang Objek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan.Filsafat memiliki 2 objek, yaitu objek formal dan objek material. Objek fomal adalah objek yang bersifat khusus dan berwujud dapat ditangkap dengan indera. Sedangkat objek material menurut DR. Oemar Amien Hosein adalah segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada. Sedangkan ilmu pengetahuan hanya memiliki satu objek yang dapat diteliti. Ilmu pengetahuan lebih bersifat khusus tentang alam dan manusia saja.Pada dasarnya, filsafat adalah sebuah cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, yaitu suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu secara mendalam. Tidak ada satupun yang bagaimanapun  kecilnya terlupa dari pengamatan kefilsafatan. Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimana, mengapa, kemana, dan apa yang dapat menjadikan filsafat sebagai ilmu yang berdiri sendiri.Filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan masanya, mulai dari Aristoteles, Phythagoras, Heraklitus, Thales, Xenophanes, dan Permenides yang menjadi perkembangan filsafat di masa lalu. Deskripsi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan terutama dalam segi pandangan dan cara pemikiran. Filsafat masih tetap berkembang hingga saat ini untuk menyempurnakan yang sudah ada dan melahirkan cabang baru dalam kajiannya yang berkaitan dengan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan.

 

Pada BAB III ini membahas tentang Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu

1. Filsafat Secara etimologis 

filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophiaphilo berasal dari kata philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Sehingga secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Sedangkan pengertian filsafat secara terminologis adalah ilmu pengetahuan yang mengenai sesuatu dengan memandang sebab-sebab terdalam, tercapai dengan budi murni.Dengan belajar filsafat dapat membuat seseorang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar menusia yang tidak terletak wewenang metode-metode ilmu khusus. Filsafat membantu manusia menjawab pertanyaan asasi tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.Filsafat memiliki 5 cabang yang diuraikan sebagai berikut.

a. Epistemologi

Epistemologis adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan.

b. Metafisika

Metafisika adalah suatu pembahasan filsafat yang kompeherensif mengenai suatu realitas atau tentang segala sesuatu yang ada.

c. Logika

Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.

d. Etika

Etika sering kali disebut sebagai filsafat moral. Etika berarti sifat, watak, kebiasaan, susila, keadaban, atau kelakuan yang berbuat baik.

e. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.

2. Ilmu 

Ilmu berasal dari bahasa inggris science, sedangkan pengertian ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, konsisten, dan kebenarannya telah diuji secara empiris.Ilmu berkembang dengan pesat, cabang utama dari ilmu adalah filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social science). Ilmua alam terbagi menjadi 2, yaitu ilmu alam (the physical science) dan ilmu hayat (the biologycal science), tiap cabang dari cabang ilmu alam terbagi menjadi beberapa jenis dan menjadi ilmu-ilmu terapan. Sedangkan ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam, namun cabang-cabang ilmu sosial juga memiliki cabang-cabang yang membawahi cabang ilmu utama.

3. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu. Filsafat merupakan sebuah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menerapkan batas yang tugas mengenai ilmu tersebut. Pendidikan filsafat dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut.

a. Kembali kepada kesadaran berpikir kefilsafatan.

b. Merespons isu krisis ilmu pengetahuan.

c. Mengoreksi paham positivisme dan pragmatisme.

d. Memberi dasar-dasar filosofis bagi ilmu yang baru.

e. Melakukan klasifikasi terhadap ilmu.

f. Membangun paradigma baru.

g. Mengoreksi konsep dan teori lama.

h. Menumbuhkembangkan moralitas dan integritas manusia berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

 

Pada BAB IV membahas tentang Landasan Peneleaahan Ilmu: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.

1. Ontologi Ilmu

Ontologi berasal dari dua suku kata, yaitu ontos (sesuatu yang berwujud) dan logos (ilmu). Jadi, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud dengan berdasarkan pada logika. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan dengan cara sebagai berikut.

a. Metodis atau menggunakan cara-cara ilmiah.

b. Sistematis atau saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.

c. Koheren atau unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.

d. Rasional atau harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).

e. Komperehensif atau melihat objek tidak hanya dari satu sisi/satu sudut pandang namun dengan multidimensional/secara keseluruhan (holistik).

f. Radikal atau diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya.

g. Universal atau muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

2. Epistemologi Ilmu

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Ada 3 teknik yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan keilmuan yaitu dengan metode non-ilmiah (secara kebetulan), metode ilmiah (melalui pendekatan deduktif dan induktif), dan metode problem solving (melalui pengidentifikasian masalah, pengumpulan data, penyimpulan, dan verifikasi dengan pengujian hipotesis).Epistemologi disebut juga dengan teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan. Untuk mendapatkan sebuah kebenaran dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Menemukan kebenaran dari masalah.

b. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran.

c. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran.

d. Falsification atau operasionalism.

e. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran.

f. Menggunakan metode hipotetico-deduktif.

g. Induksi atau presuposisi untuk menemukan kebenaran fakta.

3.    Aksiologi Ilmu

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan menganai orientasi atau nilau suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena dapat menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab pertanyaan yang amat fundamental tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Dengan kata lain, aksiologi ilmu adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan. Landasan aksiologi berhubungan dengan penggunaan ilmu dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Ilmu pengetahuan hanya sebagai alat dan bukan menjadi tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

 

Pada BAB V ini membahas tentang Struktur Ilmu Pengetahuan.Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Inggris science yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari atau mengetahui. Ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Analisis yanga mendalam terhadap metode keilmuan alan menyikapkan kenyataan bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan dengan suatu kombinasi antara prosedur empris dan rasional.Kerangka dasar prosedur ini dapat diurutkan dalam delapan langkah sebagai berikut:    

1. Metode ilmiah

Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah ada dua macam, yaitu metode ilmiah yang bersifat umum dan metode penyelidikan ilmiah.    

2. Teori

Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik yang biasanya terdiri dari hukum-hukum. Teori merupakan abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.    

3. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara tentang hubungan antar variabel. Hipotesis berisi dugaan yang beralasan,  atau mungkin merupakan perluasan dari hipotesis terdahulu yang teruji kebenarannya, yang kemudian diterapkan pada data yang baru.    

4. Logika

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Suatu penarikan kesimpulan dengan menggunakan penalaran dilakukan menurut cara tertentu, cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika, dimana logika secara luas dapat diartikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.    

5. Data-informasi

Banyak kegiatan keilmuan yang menggunakan pengumpulan data, hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Tahap data-informasi ini menekankan kepada penyusunan fakta dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis, dan kelas-kelas.    

6. Pembuktian

Pembuktian dilakukan dengan pengujian hipotesis dengan mengonfrontasikan dengan dunia fisik yang nyata.    

7. Evaluasi

Evaluasi adalah penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Evaluasi juga dapat berupa penjelasan dari seluruh rangkaian metode ilmiah.    

8. Paradigma

Paradigma adalah seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah.

 

Pada BAB VI ini membahas tentang Teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan.Dalam teori perenialisme dinyatakan bahwa kebenaran merupakan sesuatu yang muncul dari hati nurani manusia yang sifatnya abstrak. Menurut teori post-modernisme dinyatakan bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang tetap, selalu berubah, dan akal manusia menciptakan secara bebas dan tidak pernah sama dengan yang lalu, terdapat kecenderungan bahwa kebenaran tidak dapat diungkapkan dalam bahasa. Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berjudul Hakikat Dasar Keilmuan disebutkan bahwa ilmu adalah suatu pengetahuan yang menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri. Secara epistemologi, ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yaitu pikiran dan indera. Ilmu dalam menemukan kebenaran menyandarkan dirinya pada kriteria atau teori kebenaran antara lain: (1) Koherensi, (2) Kerespondensi, (3) Positivistik, (4) Pragmatik, (5) Esensialisme, (6) Konstruktivisme, dan (7) Religiusisme.

 

Pada BAB VII ini membahas tentang Logika Ilmu dan Metode Perpikir Ilmiah.

Dalam proses berpikir, sejatinya kita melibatkan unsur-unsur tertentu, yakni: 

1. Otak yang sehat; 

2. Panca indra; 

3. Informasi sebelumnya; 

4. Adanya fakta. 

Dari keempat unsur tersebut dapat didefinisikan bahwa berfikir adalah pemindahan pengindraan terhadap fakta melalui pancaindra ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang digunakan untuk menafsirkan fakta yang ada. Selain berpikir, ada juga berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah pemikiran yang sungguh-sungguh, artinya suatu cara yang berdisiplin dimana seseorang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun semuanya diarahkan pada satu tujuan tertentu. Dalam berpikir ilmiah terdapat metode. Metode adalah cara yang teratur (sistematis) untuk mencapai dan mengetahui maksud atau tujuan yang telah ditentukan secara efektif, efisien, dan optimal. Sedangkan pengertian metode ilmiah menurut Dictionary of Behaviorial Science adalah teknik-teknik dan prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki  alam yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan untuk mengolah fakta-fakta, data, dan penafsirannya sesuai dengan asas-asas dan tauran-aturan tertentu. Menurut James B. langkah-langkah dalam metode berpikir ilmiah ada delapan, yakni sebagai berikut:

1. Kenali bahwa ada situasi yang tidak menentu. Ini merupakan situasi yang bertentangan atau kabur yang mengharuskan adanya penyelidikan

2. Nyatakan masalah itu dalam istilah yang spesifik

3. Rumuskan suatu hipotesis kerja

4. Rancang sebuah metode penelitian yang terkendali dengan jalan pengamatan atau dengan jalan percobaan atau dengan keduanya

5. Kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau data kasar

6. Olah data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna

7. Buatlah penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan

8. Padukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan ini, jika terbukti sebagai pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang  telah mapan. 

Ada dua pola manusia dalam berpikir ilmiah, yang pertama adalah cara berpikir rasional, dimana menurut pandangan rasional pengetahuan sudah ada dalam benar kita sejak kita lahir. Yang kedua adalah empirisme, dimana menurut pandangan empirisme pengetahuan tidak instan ada di benak kita namun harus diperoleh melalui pengalaman. Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain:

1. Berdasarkan fakta

2. Bebas dari prasangka

3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis

4. Menggunakan hipotesis

5. Menggunakan ukuran objektif, dan

6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Ada beberapa kelemahan dari metode berpikir ilmiah, antara lain:

1. Cakupan kajiannya terbatas sampai objek-objek yang dapat di indra

2. Asumsi yang melandasi harus berdasarkan pada premis ilmiah, dimana dengan menggunakan metode berpikir ilmiah opini atau keyakinan dari peneliti tidak bisa digunakan

3. Kesimpulan yang didapatkan hanya berupa spekulasi atau dugaan-dugaan

 

Pada BAB VII ini membahas tentang Pola Penalaran Langsung dan Tidak Langsung.Penalaran digunakan saat kita sedang melogika sesuatu. Pengetian logika adalah pengetahuan yang membahas tentang simpul-menyimpulkan penalaran yang diperoleh dari sejumlah premis atau pangkal pikir secara tepat atau valid. Penalaran premis dibedakan menjadi dua, yaitu penalaran langsung dan penalaran tidak langsung. Penalaran langsung adalah penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung hanya ditarik dari satu premis saja. Penalaran langsung bisa dilakukan dengan  memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit dalam premis. Sedangkan penalaran tidak langsung adalah penalaran yang konklusinya ditarik dari satu premis. Apabila konklusi ditarik dari dua proposisi yang diletakkan sekaligus, maka bentuknya dinamakan silogisme. Silogisme adalah penarikan konklusi secara tidak langsung dari dua premis atau lebih. Pola penalaran langsung memiliki beberapa jenis, diantaranya.

1. Konversi, yaitu penarikan konklusi secara langsung dimana terjadi transposisi antara subjek dan predikat proposisi itu.

2. Obversi, yaitu penarikan konklusi secara langsung dimana terjadi perubahan kualitas proposisi, sedangkan artinya tetap sama.

3. Kontraposisi, yaitu penarikan konklusi secara langsung salam mana kita menarik konklusi dari satu proposisi dengan subjek yang kontradiktoris dari predikat yang diberikan.

4. Inversi, yaitu penarikan konklusi secara langsung dimana subjek pada konklusi kontradiktori dari subjek proposisi yang diberikan.

 

Pada BAB IX ini membahas tentang Pola Penalaran Induksi.Induksi merupakan pola penalaran untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus individual atau partikular menuju kepada kasus-kasus umum/universal. Penalaran induksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu generalisasi dan analogi induksi.Generalisasi induksi adalah penalaran yang menyimpulkan satu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proporsi empirik. Hasil dari penalaran generalisasi induktif disebut dengan generalisasi. Generalisasi haruslah memenuhi tiga syarat, antara lain.1.    Harus tidak terbatas secara numerik atau tidak terikat kepada jumlah tertentu.2.    Harus tidak terbatas oleh spasiotemporal atau terbatas dalam ruang dan waktu, jadi harus berlaku kapan saja dan dimana saja.3.    Harus dapat dijadikan dasar pengandaian.Sedangkan analogi induksi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan  yang lain, dan dua hal yang berlanan itu dibandingan yang satu dengan yang lain dengan mengidentifikasikan kesamaan. Pada dasarnya analogi induksi baik dari faktor-faktor probabilitasnya maupun kaidah-kaidahnya sama dengan generalisasi induksi. Namun dalam metode keilmuan analogi induksi dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu objek atau fakta itu dan sifat-sifat apa yang bisa diharapkan padanya, sedangkan generalisasi induksi terutama digunakan untuk menemukan hukun, menyusun teori, atau hipotesis.

 

Pada BAB X ini membahas tentang Kesesatan Dalam Berpikir Ilmiah.Kesesatan merupakan bagian dari logika, dikenal juga sebagai fallacia/fallacy dimana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan dapat terjadi karena dua hal, yaitu:

1. Ketidaktepatan bahasa atau terminologi yang salah; dan

2. Ketidaktepatan relevansi atau pemilihan premis yang tidak tepat yaitu membuat premis atau proposisi yang salah.Menurut John Locke, kesesatan berpikir pada akhirnya akan termanifestasi menjadi cara berperilaku yang juga sesat. Imbas buruk ini akan terus terjadi sampai seseorang mampu berpikir sehingga menyadari kemungkinan adanya keyakinan-keyakinan semu dalam pikirannya. Untuk menghilangkan sikap yang sesat, pendidikan harus mampu membangkitkan kesadaran dalam diri subjek didik bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai pendekatan ilmiah yang mendasarinya bukanlah tujuan akhir pendidikan.Kesesatan diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu kesesatan material dan kesesatan formal. Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan dalam bentuk penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih. Sedangkan kesesatan material adalah kesesatan yang menyangkut isi penalaran. Kesesatan material dapat terjadi karena faktor bahasa yang menyebabkan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan.

 

Pada BAB XI ini membahas tentang Etika Ilmu.Ilmu dan etika merupakan sumber pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku menyimpang di kalangan masyarakat. Etika sendiri, berasal dari bahasa inggris ethic yang berarti sistem , prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos yang apabil dalam bentuk tunggal berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan dalam bentuk jamak artinya adat kebiasaan.Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas. Penyelidikan tingkah laku moral dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1.    Etika DeskriptifMendeskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Objek penelitiannya adalah individu-individu, dan kebudayaan-kebudayaan.

2.    Etika NormatifDalam etika ini, manusia dikatakan sebagai participation approach karena yang bersangkutan telah melibatkan diri mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.

3.    MetaetikaDalam bahasa Yunani, meta berarti melebihi atau melampaui. Metaetika bergerak seolah-olah bergerak pada tarif lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan di bidang moral.Dari beberapa definisi diatas, tampak jelas bahwa kajian tentang etika sangat dekat dengan kajian moral. Etika sering kali disebut filsafat moral. Etika dan moral sama artinya, namun dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral digunakan untuk perbuatan yang sering dinilai, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai yang ada.Etika adalah sebuah imu dan bukan sebuah ajaran. Ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral dilingkungan masyarakat sekitar agar dapat menjadi cendikiawan yang memiliki moral dan akhlak yang baik. Etika ilmu penting dipelajari supaya kita mampu memahami dan menelaah segala fenomena yang terjadi di dunia ini yang berlandaskan etika dan ilmu.

 

Pada BAB XII ini membahas tentang Filsafat Ilmu dan Teknologi.Teknologi didefinisikan sebagai penerapan sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah untuk memudahkan manusia. Sedangkan filsafat teknologi merupakan analisis tentang suatu hasil ciptaan manusia melalui proses berpikir untuk menciptakan suatu barang atau jasa yang berguna bagi kehidupan manusia.Filsafat ilmu berisi tentang analisis dan metodelogi tentang ilmu. Filsafat ilmu dan filsafat teknologi saling berkaitan satu sama lain.  Dengan memahami filsafat ilmu dan teknologi kita dapat memanfaatkan teknologi secara efisien, dan dalam pengembangannya kita dapat seimbang sehingga tidak menjadi bumerang bagi masyarakat.

 

Pada BAB XIII ini membahas tentang Moralitas Ilmu Pengetahuan.

1.      Tanggung Jawab IlmuanIlmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Kehadiran mereka bisa menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat, namun tak jarang juga ditemukan masalah yang ditimbulkan oleh kemajuan iptek. Dihadapkan dengan masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, ilmuah memiliki tanggung kewajiban dan tanggung jawab sebagai berikut

.a.    Tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi adalah segala-galanya, karena masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia yang baik.

b.    Memiliki kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna.

c.    Harus bisa mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogianya mereka sadari.

d.    Berpikir dengan teratur dan teliti dengan tidak menolak ataupun menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat.

e.    Di bidang etika, seorang ilmuan harus bisa bersifat objektif, terbuka, menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kesalahan.

f.     Mampu menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metodelogis yang tepat.

g.    Tidak menindas bangsa atau kelompok-kelompok tertentu dalam penelitiannya.Dengan ditengakkannya kewajiban dan tanggung jawab ilmuan diatas, ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat dan memberikan manfaat bagi manusia, serta tidak akan menimbulkan konflik di masyarakat.

2.    Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki IlmuanMenurut Abbas Hammami M., terdapat enam hal sebagai berikut.

a.    Tidak ada rasa pamrih,

b.    Bersifat selektif atau memilih,

c.    Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun kepada alat-alat indra serta budi,dan

d.    Adanya sikap yang berdasarkan padahal kamu swud.

 

Pada BAB XIV ini membahas tentang Filsafat, Iptek, dan Budaya.Kaum rasionalisme menyatakan bahwa alam nyata dan alam gaib adalah ilmu pengetahuan. Sedangkan kaum empirisme menyatakan bahwa yang nyata saja yang dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan dan yang gaib bukanlah ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan berdasarkan objeknya diklasifikasikan sebagai berikut:

1.    Objek vertikal (trancendental), yang menyangkut dengan sang pencipta dan sifat-sifatnya.

2.    Objek horisontal, yang menyangkut ciptaannya seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, materi, dan jagat raya.

3.    Objek alam rekayasa, yang terdiri dari hal-hal yang diciptakan oleh  manusia.Dari objek-objek diatas dapat dikaji tiga hal sebagai berikut.Religiusstudies,Science,danEngineering and technology.Teknologi adalah barang buatan manusia yang memiliki efisiensi dan bertujuan jelas. Efisien memiliki arti kegiatan yang dilakukan untuk memnuhi kebutuhan, memecahkan masalah atau mengatasi kesulitan tertentu. Sedangkan kebudayaan adalah serangkaian aturan, petunjuk-petunjuk, resep, rencana, dan strategi yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).Ada beberapa hubungan antara ilmu, kebudayaan, dan teknologi. Hubungan-hubungan  itu antara lain.

1.    Hubungan Kebudayaan dan TeknologiKebudayaan adalah dasar teknologi, kebudayaan menentukan teknologi apa yang bisa berkembang di suatu wilayah. Semakin maju kebudayaannya, maka semakin berkembang pula teknologinya.

2.    Hubungan Ilmu dan TeknologiIlmu pengetahuan menjadi penerjemah produk teknologi yang lebih maju tarafnya dari ilmu pengetahuan sebelumnya. Teknologi sangat membantu kegiatan manusia bebas dari kerja fisik.

3.    Hubungan Ilmu dan KebudayaanKebudayaan dan perkembangan ilmu adalah kebudayaan yang lebih tinggi taraf perkembangannya daripada kebudayaan yang tanpa ilmu, karena dengan adanya perkembangan ilmu alam raya semakin dapat dikuasai.

Comments