TUGAS PERTEMUAN MINGGUAN 1 KELAS A FILSAFAT ILMU
Nama : Nazwa Fitria Nuragni
NIM/Kelas : 203030702135/A
Ilmu Administrasi Negara
FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu berasal dari kata filsafat dan ilmu. Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopia yang berarti bijaksana atau bisa disebut juga sebagai ilmu yang mencintai kebijaksanaan atau kebenaran.
Sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis berdasarkan studi, pengamatan dan percobaan yang di kaji untuk menentukan hakikat dan prinsip. Menurut commy semiawan filsafat ilmu adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu pengetahuan yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan ilmu yang berisi pemikiran yang relatif terhadap persoalan yang berkaitan dengan landasan juga hubungan ilmu dari segala aspek kehidupan manusia.
CIRI-CIRI FILSAFAT ILMU
Ciri-ciri Filsafat yaitu
menyeluruh, mendasar, dan
spekulatif. Berikut merupakan
ciri ber Filsafat.
a. Menyeluruh, artinya
pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari
satu sudut pandang tertentu. Pemikiran ke Filsafatan ingin mengetahui hubungan
antara ilmu yang satu dan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dan moral, seni,
serta tujuan hidup.
b. Mendasar, artinya
pemikiran yang dalam
sampai pada hasil
yang fundamental atau esensial
objek yang dipelajarinya
sehingga dapatdijadikan dasar
berpijak bagi segenap
nilai dan keilmuan.
Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis) saja,
tetapi sampai menembus ke
kedalamannya (hakikat).
c. Spekulatif, artinya
hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikiran ber filsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri
bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah berarti hasil
pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan kebenarannya karena tidak pernah
tuntas.
Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut Ali Mudhofir
sebagai berikut.
a. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara
radikal. Radikal berasal dari bahasa Yunani, Radix artinya akar. Berpikir secara radikal
adalah berpikir sampai ke akar-akarnya, berpikir sampai pada hakikat, esensi,
atau sampai ke
substansi yang dipikirkan.
Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk
menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala
pengetahuan indrawi.
b. Berpikir secara kefilsafatan
dicirikan secara universal (umum). Berpikir secara universal
adalah berpikir tentang
hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti
tidak memikirkan hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman
umum dari umat manusia. Dengan jalan penelusuran yang radikal itu filsafat
berusaha sampai pada berbagai kesimpulan yang universal (umum).
c. Berpikir secara kefilsafatan
dicirikan secara konseptual. Konsep di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses individual. Dengan
ciri yang konseptual
ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas
pengalaman hidup sehari-hari.
d. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara
koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan
kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
e. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara
sistematik. Sistematik berasal
dari kata sistem. Sistem di sini adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang
saling berhubungan menurut
tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan
tertentu. Dalam mengemukakan jawaban terhadap
sesuatu masalah. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan
harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau
tujuan tertentu.
f. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara
komprehensif. Komprehensif
adalah mencakup secara
menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan. Berpikir
secara kefilsafatan berusaha
untuk menjelaskan alam semesta
secara keseluruhan.
g. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara
bebas. Sampai batas-batas yang luas maka setiap
filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari
pemikiran yang bebas. Bebas dari segala prasangka sosial, historis, kultural,
ataupun religius.h. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan dengan
pemikiran yang bertanggung jawab.
Seseorang yang berfilsafat
adalah orang yang berpikir sambil bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri.
Di sini tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat dan etika yang melandasinya. Fase berikutnya
adalah cara bagaimana
ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat
dikomunikasikan pada orang lain.
💬
Comments
Post a Comment